Skip to main content

kesabaran itu....tidak ada batasnya.

saya terkadang suka inget sama kata-kata paling populer di kalangan masyarakat yaitu "Kesabaran Ada Batasnya". Emang paling enak kalo lagi emosi, karena ulang orang lain yang melakukan kesalahan yang sama lagi dan lagi, kita lalu berpegang sama prinsip itu sehingga kita mengijinkan diri kita untuk melampiaskan amarah.

tapi coba deh kalo kesabaran itu kita ibaratkan seperti rasa lapar pada saat puasa. Pas waktunya makan siang, perut lagi lapar-laparnya, tapi mau gak mau kita harus tahan rasa lapar itu sampe menunggu waktu berbuka. rasa lapar yang ditahan "sedikit" lagi, lama kelamaan akan hilang. nah, kalau menurut saya kesabaran itu hampir sama seperti rasa lapar. andaikan kamu sedang bersama teman, lalu ia melakukan kesalahan yang bisa bikin kamu marah. ketika hendak marah, coba deh, tahan sedikiiiiit lagi. tanpa kamu sadari, rasa marah itu sirna. ketika teman yang sama melakukan kesalan yang sama sekali lagi dan kamu hendak membentak dia, coba tahan sedikiiiiit lagi amarah kamu, maka marah itu akan hilang dengan sendirinya.

mudah kalau cuma berbicara saja dan amat sulit dilakukan, tetapi kalau memang ingin mencobanya dnegan sungguh-sungguh pasti bisa kok. Kita memang bukan Tuhan yang selalu mengampuni anak-anakNya dengan penuh kasih, tetapi kita dikasih kuasa untuk mengasihi lebih dari orang lain. Jadi, bukan hal mustahil bagi kita untuk terus bersabar dan tidak lupa untuk bersyukur akan segala sesuatunya. Selamat bersabar.. :)

-gabriella

Comments

:') oke, aku akan coba. makasih ya pencerahannya, teteh sayaaaaang :*

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

my taurus-mate, Mellysa Anastasya Legi.

Saya gak tau gimana ceritanya kami berdua bisa begitu mirip secara kelakuan dan cara berpikirnya. Saya gak ngerti kenapa teman saya ini walau cantik luar biasa tapi kelakuannya sama aja cacatnya sama saya. Saya gak ngerti. Tapi yang saya ngerti, kami sama-sama MUREEEEE... :D

Belajar Mengucap Syukur Lebih Lagi

Selamat tahun baru! Woooh, tahun 2020 ini diawali dengan hal yang mencengangkan banyak orang sepertinya. Banjir yang merata hampir di semua wilayah Jabodetabek (termasuk rumahku di Bintaro tercinta) bikin banyak orang mikir, YA KOK BISA? Bahkan wilayah yang puluhan tahun enggak pernah banjir pun tidak luput merasakan rumahnya tergenang. Walau saya orangnya tidak sepositif ibu saya, beliau kerap berucap, "Puji Tuhan awal tahun dikasih icip hujan berkat sebanyak ini. Tetap ucap syukur." Kadang ketaatan beliau bikin saya geleng-geleng kepala dan nggak habis pikir.  Rumah kemasukan air sampe tergenang dan barang banyak yang terendam, masih bisa ucap syukur. Dulu disakitin sama keluarga sendiri, masih aja ucap syukur. Diizinkan merasakan sakit apa pun itu, tetap ucap syukur. Bahkan kadang saya suka ngedumel dalam hati, ini orang lama-lama bisa masuk golongan toxic-positivity peeps.  Tapi sebelum saya makin terjerumus dalam lembah pergunjing...