Skip to main content

Racauan Pasca Natal (2)

1. Saya suka dengan hubungan Long Distance Relationship (LDR) atau hubungan jarak jauh. Menurut saya itu menguji keseriusan hubungan seseorang, mau gak mati-matian mempertahankan hubungan yang memiliki jarak.

2. Skin-ship dalam sebuah hubungan itu penting. Penting sekali. Entah sekedar genggaman tangan, pelukan erat, cuddling, atau ciuman hangat.

3. Saya pernah berpikir untuk memiliki anak tapi tanpa suami. Iya, adopsi.

4. Pacaran (lagi) belum menjadi prioritas saya. Tidak tahu ya, mungkin untuk sekarang berteman tanpa batas lebih terdengar menyenangkan.

5. Saya bisa menghabiskan aktu lebih dari 12 jam di depan layar laptop atau komputer.

6. Saya pemaaf, tapi selalu ingat apa pun yang orang lain pernah lakukan terhadap saya. Sekecil apa pun. Seperti dulu, saya punya teman yang sekarang menjadi salah satu orang terdekat saya. Padahal dulu pada saat masa orientasi kuliah, dia tidak pernah berpikir untuk mengajak saya kenalan. Iya, dia lebih memilih untuk berkenalan dengan perempuan di sebelah saya yang lebih cantik.

7. Kalau saya tanpa sengaja melihat orang yang saya tahu namun tidak dekat di suatu tempat, saya akan memilih untuk kabur atau sembunyi. Saya malah berbasa-basi.

8. Saya suka sekali makan. Saya makan bukan karena lapar, tapi karena saya mau.

9. Saya orangnya gak suka kerja di luar petunjuk. Males nyari cara lain sebenarnya dan itu bikin saya sering dimarahin. Katanya "Inisiatif dong kamu.." Yeah~~

10. Penunda pekerjaan sejati. Lagi berusaha untuk membenahi hal ini, karena ternyata akibatnya buruk sekali.

11. Gak percaya sama ramalan, tapi percaya kalau orang yang memiliki bintang yang sama memiliki kepribadian yang mirip. Gak tau sih, tapi kebanyakan benarnya.

Comments

Unknown said…
oh how I love reading the first sentence ever in your blog XD know that feeling, babe <3
I know, right? Walaupun lagi gak menjalin hubungan sama siapa pun, tapi sempet ngalamin LDR and it felt good actually, not as bad as most of people say. :)

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

my taurus-mate, Mellysa Anastasya Legi.

Saya gak tau gimana ceritanya kami berdua bisa begitu mirip secara kelakuan dan cara berpikirnya. Saya gak ngerti kenapa teman saya ini walau cantik luar biasa tapi kelakuannya sama aja cacatnya sama saya. Saya gak ngerti. Tapi yang saya ngerti, kami sama-sama MUREEEEE... :D

Belajar Mengucap Syukur Lebih Lagi

Selamat tahun baru! Woooh, tahun 2020 ini diawali dengan hal yang mencengangkan banyak orang sepertinya. Banjir yang merata hampir di semua wilayah Jabodetabek (termasuk rumahku di Bintaro tercinta) bikin banyak orang mikir, YA KOK BISA? Bahkan wilayah yang puluhan tahun enggak pernah banjir pun tidak luput merasakan rumahnya tergenang. Walau saya orangnya tidak sepositif ibu saya, beliau kerap berucap, "Puji Tuhan awal tahun dikasih icip hujan berkat sebanyak ini. Tetap ucap syukur." Kadang ketaatan beliau bikin saya geleng-geleng kepala dan nggak habis pikir.  Rumah kemasukan air sampe tergenang dan barang banyak yang terendam, masih bisa ucap syukur. Dulu disakitin sama keluarga sendiri, masih aja ucap syukur. Diizinkan merasakan sakit apa pun itu, tetap ucap syukur. Bahkan kadang saya suka ngedumel dalam hati, ini orang lama-lama bisa masuk golongan toxic-positivity peeps.  Tapi sebelum saya makin terjerumus dalam lembah pergunjing...