Skip to main content

Pikiran sehari..

Ada banyak hal yang berkecamuk di pikiran saya hari ini. Dimulai dari bagaimana tidak berminatnya saya untuk tersenyum selama seharian sampai kuliah yang membuat saya banyak berpikir. Bukan berpikir tentang mata kuliah tersebut, namun bagaimana sang dosen banyak menyampaikan hal yang "menampar" benak saya.

Saya bukan orang yang seharian akan menekuk otot wajah menjadi cemberut, tapi entah mengapa rasanya hari ini benar-benar tidak ada niat untuk tersenyum tulus. Semua terasa datar, bahkan cenderung menyebalkan. Hanya beberapa orang saja yang berhasil membuat saya nyaman untuk tersenyum tulus. Sepertinya saya mulai sadar apa yang membuat saya seperti ini. Saya jenuh. Kejenuhan akan kegiatan yang itu-itu saja, bertemu dengan orang yang itu-itu saja, berada di tempat yang itu-itu saja. Semuanya menumpuk dan puncaknya hari ini. Lalu saya masuk ke kelas yang berdosen ajaib. Saya selalu mendapatkan hal yang baru setiap mengikuti kelas beliau. Terkadang omongan beliau suka ngalor-ngidul gak tau tujuannya apa. Tapi memang semua gak harus ada tujuannya kan? Mmmm, namun untuk kelas yang hari ini ada sesuatu yang benar-benar membekas di saya. Banyak hal yang beliau katakan dan bikin saya TERBANGUN bahwa saya sedang hidup di dunia nyata, bukan di dunia dongeng.

Hal pertama yang diajarkan adalah kita harus lebih toleran akan ketidak-tahuan dan kekurangan. Sejak kecil saya selalu dituntut untuk memberikan hasil yang terbaik. Bukan berarti saya harus selalu dapat nilai 100 di setiap mata pelajaran, tapi orang tua saya memiliki prinsip, "Kalau teman kamu bisa dapet 100, kenapa kamu tidak?". Boleh jujur? Saya sebal sekali kalau sudah dibanding-bandingkan dengan orang lain, KARENA SAYA MEMANG BERBEDA. Dan saya kan memang bukan teman saya yang pintar itu. Tetapi saya tidak pernah menyalahkan orang tua saya yang pernah memberikan tekanan tersebut, karena kalau tidak seperti itu mungkin saya tidak akan menjadi orang yang memiliki banyak mimpi seperti sekarang. Di saat teman-teman SMA saya belum tahu apa cita-cita mereka, saya sudah bisa menjawab bahwa saya akan menjadi Menteri Sosial atau Pekerja Seni. Kembali lagi ke masalah toleransi terhadap ketidak-tahuan, saya diajarkan oleh pernyataan tersebut bahwa saya harus lebih menerima diri saya yang punya banyak "kecacatan", DAN JUGA ORANG LAIN kalau-kalau saja mereka tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Saya harus memaklumi kalau orang lain memiliki pandangan yang berbeda dengan saya tentang apa saja. Biarkan mereka berpikir dengan cara mereka, biarkan saya berpikir dengan cara saya. Selesai.

Hal kedua adalah saya harus segera keluar dari zona aman saya. Saya bukan anak berumur 18 tahun lagi yang masih bebas bermain dan tidak memiliki tanggungan. Saya si umur 23 tahun yang seharusnya sudah lulus, bekerja, dan tidak bergantung sepenuhnya terhadap orang tua lagi. Saya harus keluar dari zona aman saya, yang semakin lama bisa membuat saya tidak bisa melihat ke luar jendela dan terisolasi dari kebenaran. Bisa-bisa saya berpikir bahwa saya benar, padahal saya tidak tahu apa-apa. Zona aman, kamu berbahaya dan biarkan saya berpetualang.

Hal terakhir yang saya dapat adalah "Kamu itu bukan pusat alam semesta". Jangan pernah berpikir bahwa kita itu satu-satunya orang yang hidup di dunia, yang punya kepentingan, yang paling sibuk, yang paling menderita, yang paling paling paling! Kita itu cuma setitik kecil dibanding alam semesta. Sama halnya dengan jalan raya yang dipenuhi berbagai jenis kendaran, semuanya punya kepentingan masing-masing. Cuma yang egois yang mengklakson kendaraan depannya padahal jelas-jelas jalan itu sedang macet.

"You don't have to start well. You just need to be better" - Ari J. Adipurwawidjana

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni...

Pengalaman Medical Check Up di Rumah Sakit Jakarta

Sumber: http://www.yayasanrsjakarta.org Detik-detik menuju umur 30 tahun. Inhale. Exhale. *dramak* Sebenarnya nggak detik-detik juga, sih. Masih hitungan bulan dan bukan termasuk orang yang takut untuk memasuki umur baru, kecuali ketika saya memasuki umur 27 tahun. Sila baca cerita absurd nan yahudnya di sini . Sulit dipercaya, namun saya adalah orang yang santai dan tidak takut beranjak tua, tidak takut keriput, dan tidak takut dengan kematian. Cause one day, we'll die anyway.  Walau rutinitas skincare saya termasuk banyak dan lumayan rajin menunaikan ibadah 7 steps, tapi itu bukan untuk menghalau datangnya keriput di usia senja (ya kali nggak keriputan...). Lebih untuk menjaga kondisi kulit di usia sekarang biar tak kusan. Ya, syukur-syukur kalau nanti pas tua nggak jadi kelihatan kuyu. Tetap glowing adalah tujuan heyduuup. Namun, bukan berarti saya termasuk yang nggak peduli dengan kesehatan, apalagi saya sadar kalau semakin tua umur kita, akan semakin mudah kita ...