Skip to main content

#30DaysWritingChallenge: 3 Hal Sederhana yang Paling Mengganggu





Hari ketiga dalam menjalani tantang menulis dalam 30 hari.

Ternyata masih konsisten juga. Cukup kagum sama diri sendiri. *lho* He-he-he, buat yang kenal Audrey, mah, pasti tahu banget betapa malasnya saya buat melakukan sesuatu dengan konsisten. Boro-boro nulis satu tulisan sehari. Bisa rutin nulis sekali sebulan aja sudah hebat. Oops!

Tema tulisan kali ini adalah "write your top three pet peeves". Buat yang bingung apa itu pet peeves, jangan sedih karena saya sebagai penulis juga sebelumnya googling dulu artinya apaan. Sering, sih, dengar orang ngomong "ya... Itu pet peeves gue banget, sih. Secara which is... Bla bla bla", tapi tetap aja kurang ngelotok kepahamannya. Jadi marilah kita lihat-lihat deskripsinya kalau menurut urban dictionary. 

"Pet peeve is something that is maybe a bit annoying to most people but is very annoying or upsetting to a particular person."

Jadi, bisa ditarik kesimpulan, pet peeve itu hal-hal yang buat sebagian orang biasa aja, tapi buat kita mengganggu. Pasti setiap orang punya pet peeve-bya masing-masing, misalnya orang yang ngaret melulu kalau janjian, suara ngecap ketika makan, suara sendawa, sepatu masuk rumah, dan masih banyak lagi. 

Lalu, apa pet peeves dari seorang Audrey? Karena hanya boleh menyebutkan tiga, jadi ini peringkat 3 teratas pet peeve atau hal yang paling mengganggu buat saya.

1. Segala sesuatu yang asimetris

Buat saya kesimetrisan ruang itu penting. Saya itu bisa saja sibuk sendiri menggeser-geser meja kantor karena barisannya selalu tidak lurus dan berubah terus. It hurts my eyes and I have the urge to fix it. Yang menyebalkan adalah kalau ternyata ada ruangan yang tidak dibangun secara simetris dengan sengaja. Kan, saya jadi tidak bisa berbuat apa-apa.

Potongan baju yang tidak simetris pun tidak pernah terlihat menarik buat saya. I really hate one-shoulder top/dress. Yang paling aneh sih pernah suatu hari saat lagi ngantre di salah satu mini mart, saya malah sibuk membereskan jejeran cokelat yang dijual di area kasir, hanya karena mereka tidak mengaturnya dengan simetris. Iya, emang aneh. Cuma rasanya menyebalkan sekali, karena buat saya itu berantakan dan merusak pemandangan.

2. Pengendara motor yang melawan aturan

Bukan maksudnya memojokkan pengendara motor dan pengendara lainnya jadi lebih baik. Cuma, saya lebih sering melihat atau mengalami pengedara motor yang melawan aturan, dibanding pengendara lainnya.

Melawan arus, naik ke trotoar (sudah begitu, lebih galak dari pejalan kaki), sering menerobos lampu merah, dan ketika berhenti di lampu merah, seringnya berhenti pas di zebra cross. Saya sebagai pejalan kaki jadi ikut merasa dirugikan. Oh, yang paling menggangu itu sebenarnya melihat pengendara motor, baik pengemudi atau penumpang, tidak pakai helm. Mas atau mbak, nyawa itu cuma satu, mbok ya dijaga baik-baik. Apa susahnya pakai helm barang sebentar demi keselamatan?

3. Orang yang jalannya lelet dan suka mendadak berhenti di tengah jalan

Waktu kecil saya selalu dibilang lelet sama ibu saya, sampai ketika kuliah dan banyak berjalan kaki, saya sadar kalau saya tidak.selelet itu. Jalan saya lumayan cepat, walau langkahnya kecil-kecil karena kaki saya, kan, tidak panjang juga.

Jadi, ketika ada di tempat umum dan orang di depan saya jalannya lelet, saya bisa jadi bete banget dan sampai berani untuk bilang "permisi..." supaya saya bisa lewat duluan.

Yang tidak kalah menyebalkan soal ini adalah orang-orang yang suka berhenti di tengah jalan atau berdiri dia di tengah-tengah, seperti bingung harus ke mana. Misal, baru turun dari kereta dan bingung harus pakai tangga atau eskalator. Jadi oknum ini memutuskan untuk diam saja sejenak di tengah jalan sambil.meninmbang-nimbang. Mohon maaf, NGALANGIN RAKYAT INI, WOY.

Saran saya, sih, kalau memang bingung mau ke mana, lebih baik melipir dulu ke pinggir atau ke tempat yang lebih sepi. Nah, buat yang jalannya santai kek di pantaiii, TOLONG JALANNYA DI SEBELAH KIRI, KASIH RUANG BUAT YANG LAIN. MAKASIH.

So, what is(are) your pet peeve(s), guys? :)


Comments

Popular posts from this blog

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni

Pengalaman Medical Check Up di Rumah Sakit Jakarta

Sumber: http://www.yayasanrsjakarta.org Detik-detik menuju umur 30 tahun. Inhale. Exhale. *dramak* Sebenarnya nggak detik-detik juga, sih. Masih hitungan bulan dan bukan termasuk orang yang takut untuk memasuki umur baru, kecuali ketika saya memasuki umur 27 tahun. Sila baca cerita absurd nan yahudnya di sini . Sulit dipercaya, namun saya adalah orang yang santai dan tidak takut beranjak tua, tidak takut keriput, dan tidak takut dengan kematian. Cause one day, we'll die anyway.  Walau rutinitas skincare saya termasuk banyak dan lumayan rajin menunaikan ibadah 7 steps, tapi itu bukan untuk menghalau datangnya keriput di usia senja (ya kali nggak keriputan...). Lebih untuk menjaga kondisi kulit di usia sekarang biar tak kusan. Ya, syukur-syukur kalau nanti pas tua nggak jadi kelihatan kuyu. Tetap glowing adalah tujuan heyduuup. Namun, bukan berarti saya termasuk yang nggak peduli dengan kesehatan, apalagi saya sadar kalau semakin tua umur kita, akan semakin mudah kita diser

Movie Review: Delicacy (2011)

  Sutradara: David Foenkinos, Stephane Foenkinos Pemain: Audrey Tatou, Francois Damiens Genre: Romantic-comedy Udah sebulan terakhir ini pengin banget nonton film Perancis. Tapi karena enggak tahu film yang bagus apa, jadinya tertunda terus. Sampai tadi malam ketika lagi Saturdate sama temen kantor saya, Nana, kami memutuskan untuk pergi ke festival Europe on Screen 2014. Setelah memilih-milih film yang kira-kira bagus, akhirnya kami pilih film Delicacy yang diputar di Goethe Institute, Menteng. Awalnya milih film ini karena yang main Audrey Tatou dan lokasinya enggak jauh. Pas dibilang film ini ber- genre romantis, saya dan Nana agak takut jatuh bosan karena lagi malas nonton yang menye-menye bikin mewek. Tapi ternyata kami salah. Film ini....menyenangkan. Saya rasa semua orang yang juga menonton film ini akan setuju. Film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Nathalie yang baru saja menikah dengan kekasihnya dan lagi bahagia-bahagianya. Tapi terjadi musibah,  s