Skip to main content

4 Perubahan Sebelum Menginjak 27 Tahun

Ketika umur saya sebentar lagi menginjak angka 27 tahun, mungkin saya adalah orang yang paling menghayati lagunya Taylor Swift, yang berjudul "22". Bukan karena saya nge-fans sama Ms. Swift, tapi saya merasa saya berhenti bertumbuh secara mental di umur 22.....atau 24 tahun lah paling mentok. Bahkan salah satu dosen saya pernah bilang kalau saya berhenti bertumbuh di umur 8 tahun. (Yes, it was you, Pak. Huft.)

Saya enggak pernah merasa bertambah dewasa, padahal umur sudah hampir kepala TIGA. Namun ternyata itu enggak sepenuhnya benar, karena ternyata setelah bertemu dengan teman saya, ada beberapa hal yang saya sadari telah berubah di diri saya seturut dengan bertambahnya umur. Setelah disimpulkan, saya bisa menyebutkan 4 perubahan pola pikir di dalam diri Audrey Gabriella, yang paling saya sadari.

Banyak memaklumi keadaan
Bisa dibilang saya orang yang agak kaku kalau soal aturan dan prinsip. Saya bisa merasa terganggu kalau prinsip yang saya anut enggak diterapkan oleh orang lain. Contohnya, saya enggak suka melihat ada orang yang pakai sepatu sneakers yang bagian belakangnya diinjak. Saya bisa aja ngomel, "Kok diinjek, sih? Sayang banget jadi rusak sepatunya." Padahal mungkin saja itu sesuatu yang nyaman buat orang tersebut. Hal ini berubah seiring berjalannya waktu. Saya mulai bisa melihat kalau apa yang biasa buat saya, belum tentu biasa buat orang lain, dan ITU ENGGAK MASALAH. Saya jadi bisa memaklumi kalau orang melakukan kesalahan, yang mungkin saat itu dia enggak merasa bikin salah. Ya sudah, maklumi saja.

Dan hal ini berpengaruh ke sifat saya, yang jadi lebih santai. Waktu saya ke Jogja dan Solo beberapa waktu lalu, kami sempat enggak menemukan tempat makanan yang enak. Belum lagi supir kami enggak banyak tahu tempat makan yang cocok di lidah. Saya curiga, bukan karena makanannya enggak enak, tapi memang lidahnya enggak cocok aja dengan masakan jawa yang cenderung manis. Tapi ya dari pada ngedumel, saya sih makan aja, karena menurut saya wajar saja ada perbedaan. Namanya juga beda daerah. 


Coffe shop di Solo, Yellow Truck Coffee, yang ternyata
ada di Bandung, Depok dan tempat lainnya juga.

Lebih pemaaf
Pada dasarnya saya memang mudah memaafkan orang, tapi kalau sedang kesal dengan orang itu, kadang saya suka mengungkit kesalahannya yang terdahulu. Lama-lama ada rasa mengganjal di dalam diri saya dan saya merasa lelah. Lelah karena sadar kalau sebal dengan seseorang terus-terusan, energi saya seperti terkuras, tersedot habis. Jadi dari pada saya bikin diri sendiri capek, lebih baik saya memaafkan orang dengan tulus saja. Balik lagi ke soal memaklumi tadi. Saya jadi memaklumi kalau enggak ada orang yang bebas dari kesalahan.  

Enggak pusing soal j.o.d.o.h.
Di antara teman-teman saya, mungkin saya yang paling santai kalau ditanya soal pasangan hidup. Mungkin karena pernikahan sendiri sudah enggak jadi prioritas utama kali, ya? Malah sekarang saya bingung kenapa dulu pernah kepikiran untuk menikah muda. Makin ke sini, saya makin melihat kalau menikah itu banyak banget yang harus dipikirin. Beberapa alasannya sudah pernah saya tulis di "Kapan nikah? Kapan-kapan." Saya mau menikah, tapi mungkin belum dekat-dekat ini. Masih banyak yang mau dikejar. Karena menikah di umur yang pas menurut masyarakat pun enggak sepenuhnya menjamin kalau kita akan bahagia. Banyak kasus teman yang menikah muda dan waktu ketemu malah bercerita kalau ternyata menikah itu enggak sepenuhnya berjalan mulus-mulus aja kayak pantat bayi. Ada yang menyesal, ada yang....ya sudah deh, jalanin saja.

Hal ini bikin saya sadar kalau mungkin Tuhan belum mengijinkan saya bertemu si pasangan hidup ini karena enggak mau nantinya saya mengeluhkan betapa sulitnya menikah. Jadi ya sekarang sih saya santai-santai aja kalau ditanya "mana pacarnya?" atau "kapan nikah?" Oh satu lagi alasan kenapa saya enggak pusing soal jodoh. Being single feels great and I enjoy it that much. Baru kali ini saya enggak sirik liat teman punya pacar atau suami. Lalu di umur segini, saya makin males mencari-cari sosok baru buat dikenal dari awal lagi. Nanti dulu, deh.

Suka ngumpul dengan jumlah sedikit
Semboyan "the more, the merrier" enggak pernah jadi pedoman hidup saya. Saya dari dulu itu selalu pilih-pilih teman. Sombong, ya? Ya biarin, deh. Tapi bukan maksudnya sombong, sih. Hanya saja saya lebih suka mempertahankan lingkar pertemanan saya dalam ukuran yang kecil. Hal ini lama-lama berpengaruh kalau saya lagi pengin ketemu teman.

Kalau dulu waktu jaman kuliah, saya pasti penginnya ke mana-mana bareng satu geng. Enggak harus semuanya ikut, tapi banyak lah. Minimal kalau kumpul ada 4-5 orang. Tapi semakin ke sini, saya jadi lebih suka untuk punya quality time barang satu atau dua orang teman aja. Tapi tetap senang juga kalau kumpul banyakan, enggak nolak. Mungkin saya adalah orang yang paling jarang gembar-gembor, "aku sama si ini lagi di sini. Gabung, yuk!" Misalnya saya sudah janjian dengan seorang teman, saya enggak akan atau jarang ngajak orang lain buat ikutan. Kecuali teman saya yang menawarkan diri untuk ngajak yang lain. Ya silahkan. Sering juga teman jadi bertanya,"lo ngajak si ini juga, enggak?" atau "kok enggak ngajak-ngajak, sih?" dan biasanya saya cuma bisa bales dengan salah tingkah. Kenapa, ya? Mungkin mengajak orang untuk ketemuan itu....bukan bidang saya, karena saya sendiri sering menolak ajakan ketemu. Alasannya? Mager. He-he-he.

Ada yang merasakan hal-hal serupa juga enggak, sih? Apa saya aja yang lebay? :')

Comments

wannoer said…
Owning point 1 and a bit of point 2 kinda makes people superheroes these days. Banyak yg tempramen sih
Aku wonder woman berarti! *pake bikini*
astrisoeparyono said…
Enggak pusing soal jodoh? Alhamdulillah yah kak :D
Puji Tuhan, enggak pusing. Hanya penasaran aja. :3
Desi Hariani said…
Kayaknya gw tau siapa yang bilang lo berhenti bertumbuh di umur 8 tahun.... 😂😂😂😂😂

Popular posts from this blog

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni

Pengalaman Medical Check Up di Rumah Sakit Jakarta

Sumber: http://www.yayasanrsjakarta.org Detik-detik menuju umur 30 tahun. Inhale. Exhale. *dramak* Sebenarnya nggak detik-detik juga, sih. Masih hitungan bulan dan bukan termasuk orang yang takut untuk memasuki umur baru, kecuali ketika saya memasuki umur 27 tahun. Sila baca cerita absurd nan yahudnya di sini . Sulit dipercaya, namun saya adalah orang yang santai dan tidak takut beranjak tua, tidak takut keriput, dan tidak takut dengan kematian. Cause one day, we'll die anyway.  Walau rutinitas skincare saya termasuk banyak dan lumayan rajin menunaikan ibadah 7 steps, tapi itu bukan untuk menghalau datangnya keriput di usia senja (ya kali nggak keriputan...). Lebih untuk menjaga kondisi kulit di usia sekarang biar tak kusan. Ya, syukur-syukur kalau nanti pas tua nggak jadi kelihatan kuyu. Tetap glowing adalah tujuan heyduuup. Namun, bukan berarti saya termasuk yang nggak peduli dengan kesehatan, apalagi saya sadar kalau semakin tua umur kita, akan semakin mudah kita diser

Movie Review: Delicacy (2011)

  Sutradara: David Foenkinos, Stephane Foenkinos Pemain: Audrey Tatou, Francois Damiens Genre: Romantic-comedy Udah sebulan terakhir ini pengin banget nonton film Perancis. Tapi karena enggak tahu film yang bagus apa, jadinya tertunda terus. Sampai tadi malam ketika lagi Saturdate sama temen kantor saya, Nana, kami memutuskan untuk pergi ke festival Europe on Screen 2014. Setelah memilih-milih film yang kira-kira bagus, akhirnya kami pilih film Delicacy yang diputar di Goethe Institute, Menteng. Awalnya milih film ini karena yang main Audrey Tatou dan lokasinya enggak jauh. Pas dibilang film ini ber- genre romantis, saya dan Nana agak takut jatuh bosan karena lagi malas nonton yang menye-menye bikin mewek. Tapi ternyata kami salah. Film ini....menyenangkan. Saya rasa semua orang yang juga menonton film ini akan setuju. Film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Nathalie yang baru saja menikah dengan kekasihnya dan lagi bahagia-bahagianya. Tapi terjadi musibah,  s