Kamu tahu rasanya cinta yang bersemi kembali?
Rasanya seperti ketika kamu berada di tengah musim kemarau yang panjang, lalu tiba-tiba hujan turun. Ia tidak turun dalam deras, tapi perlahan jatuh dalam gerimis. Pertama ia jatuh di atas ubun-ubunmu, lalu perlahan membasahi rambut yang hitam legam. Butiran-butiran berikutnya mulai jatuh ke atas kulitmu, mulai dari wajah, lalu turun ke leher, melewati tulang selangkamu, dan akhirnya menyambahi dadamu.
Ia tidak tergesa-gesa dan memaksa, karena ia ingin kamu menikmati setiap tetesannya. Walaupun mungkin ada rasa kesal karena penampilanmu bisa menjadi kuyu karenanya, tapi kamu tidak bisa memungkiri kalau kau rindu padanya. Belum lagi sensasi petrikor yang ia buat setelah ia merebahkan diri di tanah gersang itu. Ah, nikmat. Kau bisa menghabiskan waktu yang lama hanya untuk berdiam diri mengamati ia membuat tanah itu bisa bernapas lagi. Mungkin bau kopi di pagi hari bisa kalah nikmat bila dibandingkan dengan bau hujan ini.
Genangan-genangan air yang ia buat juga cukup menyenangkan untuk kamu ajak bermain. Mungkin akan membuat kakimu sedikit kotor, tapi kotor itu bisa terlupakan ketika basah telah menimbulkan rasa nyaman. Membayangkannya saja bisa membuatmu berdesah rindu. Yang sekarang bisa kamu harapkan adalah agar sang hujan bukan hanya datang untuk sejenak, tapi untuk beberapa bulan ke depan. Tapi jikalau itu memungkinkan, mungkin sang hujan bisa datang sesekali. Sekedar untuk menyejukkan, sekedar untuk melepas rindu.
Rasanya seperti ketika kamu berada di tengah musim kemarau yang panjang, lalu tiba-tiba hujan turun. Ia tidak turun dalam deras, tapi perlahan jatuh dalam gerimis. Pertama ia jatuh di atas ubun-ubunmu, lalu perlahan membasahi rambut yang hitam legam. Butiran-butiran berikutnya mulai jatuh ke atas kulitmu, mulai dari wajah, lalu turun ke leher, melewati tulang selangkamu, dan akhirnya menyambahi dadamu.
Ia tidak tergesa-gesa dan memaksa, karena ia ingin kamu menikmati setiap tetesannya. Walaupun mungkin ada rasa kesal karena penampilanmu bisa menjadi kuyu karenanya, tapi kamu tidak bisa memungkiri kalau kau rindu padanya. Belum lagi sensasi petrikor yang ia buat setelah ia merebahkan diri di tanah gersang itu. Ah, nikmat. Kau bisa menghabiskan waktu yang lama hanya untuk berdiam diri mengamati ia membuat tanah itu bisa bernapas lagi. Mungkin bau kopi di pagi hari bisa kalah nikmat bila dibandingkan dengan bau hujan ini.
Genangan-genangan air yang ia buat juga cukup menyenangkan untuk kamu ajak bermain. Mungkin akan membuat kakimu sedikit kotor, tapi kotor itu bisa terlupakan ketika basah telah menimbulkan rasa nyaman. Membayangkannya saja bisa membuatmu berdesah rindu. Yang sekarang bisa kamu harapkan adalah agar sang hujan bukan hanya datang untuk sejenak, tapi untuk beberapa bulan ke depan. Tapi jikalau itu memungkinkan, mungkin sang hujan bisa datang sesekali. Sekedar untuk menyejukkan, sekedar untuk melepas rindu.
Comments