Siang ini ia melihat mataku yang mulai berkaca-kaca. Ia menggenggam tanganku dan berkata, "Kamu perempuan yang kuat." Di saat itu saya tahu, saya memiliki seseorang yang setia di samping saya. Sejenak saya ingin memperkenalkan sosok yang selalu ada selama 8 tahun ini. Ia bisa dibilang sahabat yang tidak pernah surut kehadirannya sejak tahun 2007. Saya ingat pertama kali bertemu dengannya itu ketika kami sama-sama ada di satu ruang ibadah yang sama. Saat itu saya sedang bertugas menjadi pemimpin ibadah dan ia sedang tidak bertugas, jadi ia duduk di bangku jemaat. Ia terlihat sangat dewasa dan pendiam untuk seumurannya. Saya merasa segan. "Aku dulu tidak menyukaimu. Kamu semacam cacing kepanasan yang tidak bisa diam. Aku jadi pusing melihatmu." Kira-kira itu yang terlontar dari mulutnya ketika kami mulai dekat sebagai teman. Saya hanya bisa tertawa dan menggerak-gerakan badan saya, menggodanya. "Tapi sekarang aku bersyukur bisa mengenalmu," lanjutnya...
Karena aku samara, maka aku bercerita.