Skip to main content

Semua Akan Baik-baik Saja

Semua orang punya urusannya masing-masing. Semua orang punya keperluannya masing-masing. Semua orang punya masalah dalam hidupnya. Kita bisa saja memandang masalah kita lebih berat dari orang lain dan itu tidak salah. Kenapa tidak? Semua orang punya hak menentukan standarisasi beban masalahnya. Bisa saja untuk satu orang adalah musibah baginya kalau keluar rumah tidak mengenakan pakaian yang serasi, yang biasa dianggap oleh sebagian atau banyak orang itu adalah masalah yang sangat sepele. Bisa saja baginya kehilangan anggota keluarga atau sahabat sama bermasalahnya dengan soal pakaian tersebut. Kita tidak bisa bilang, "Masalah baju aja ribet!" Mungkin ia dari kecil dibiasakan berpakaian serba serasi, dari kepala sampai ujung kaki.

Yang menjadi permasalahan adalah ketika masalah kita sudah membuat repot orang lain. Kita yang kesal karena masalah kita yang menumpuk, tidak selesai-selesai, lalu orang lain yang jadi korban. Entah mereka jadi orang yang harus ikut membantu agar masalahnya cepat selesai atau malah jadi sasaran emosi kita. Tidak jarang bukan kalau sedang ada masalah yang menurut kita berat, orang lain yang kena omelan kita? Adalah baik kalau orang yang kita repotkan merupakan pribadi yang tulus mau direpotkan, tetapi menjadi masalah kalau orang-orang itu menjadi punya beban juga karena kita.

Menyikapi masalah yang kita punya juga tudak mudah. Sebagai seorang "Drama Queen", saya sadar saya sering menganggap masalah yang saya miliki adalah masalah besar. Saya suka menjadikan diri saya menjadi pusat perhatian. Bukan berarti saya kerap mencari perhatian orang lain, tetapi alangkah menyenangkan bagi saya ketika ada yang memerhatikan saya di kala saya punya masalah. Manja? Mungkin saja, karena banyak yang bilang saya anak manja. Peduli? Tidak juga, karena terserah orang bicara apa. Tapi setelah mendengar mendengar "ceramah" dosen saya yang saya tulis di post sebelumnya Pikiran Sehari.., saya jadi sadar bahwa, ha ha ha..iya juga, saya bukan pusat alam semesta. Saya bukan satu-satunya penghuni jagad raya. Saya bukan satu-satunya orang paling menderita di dunia.

Ada hal yang menyenangkan kemarin. Saya seharian menghabiskan waktu untuk bersantai di kostan, menonton DVD, browsing youtube, lalu saya menemukan satu video dari boyzIIboys yang berjudul O.K.A.Y. Lagunya sederhana tapi mengena, dan saya langsung memutuskan untuk menjadikannya lagu latar saya kalau sedang dirundung masalah. Lagu ini mengajarkan saya bahwa meski banyak hal-hal kecil yang sering kali membuat kita kesal atau sedih, semuanya akan baik-baik saja, dan masalah itu sendiri tidak seburuk yang kita kira.

Such a mood booster! Enjoy~~ :)

Whenever you feeling down, useless, you know what to do. Believe in yourself and say, it's gonna be okay..

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

my taurus-mate, Mellysa Anastasya Legi.

Saya gak tau gimana ceritanya kami berdua bisa begitu mirip secara kelakuan dan cara berpikirnya. Saya gak ngerti kenapa teman saya ini walau cantik luar biasa tapi kelakuannya sama aja cacatnya sama saya. Saya gak ngerti. Tapi yang saya ngerti, kami sama-sama MUREEEEE... :D

Belajar Mengucap Syukur Lebih Lagi

Selamat tahun baru! Woooh, tahun 2020 ini diawali dengan hal yang mencengangkan banyak orang sepertinya. Banjir yang merata hampir di semua wilayah Jabodetabek (termasuk rumahku di Bintaro tercinta) bikin banyak orang mikir, YA KOK BISA? Bahkan wilayah yang puluhan tahun enggak pernah banjir pun tidak luput merasakan rumahnya tergenang. Walau saya orangnya tidak sepositif ibu saya, beliau kerap berucap, "Puji Tuhan awal tahun dikasih icip hujan berkat sebanyak ini. Tetap ucap syukur." Kadang ketaatan beliau bikin saya geleng-geleng kepala dan nggak habis pikir.  Rumah kemasukan air sampe tergenang dan barang banyak yang terendam, masih bisa ucap syukur. Dulu disakitin sama keluarga sendiri, masih aja ucap syukur. Diizinkan merasakan sakit apa pun itu, tetap ucap syukur. Bahkan kadang saya suka ngedumel dalam hati, ini orang lama-lama bisa masuk golongan toxic-positivity peeps.  Tapi sebelum saya makin terjerumus dalam lembah pergunjing...