Jika kamu diberikan kesempatan untuk berangan-angan tentang masa depan kamu, apa yang akan muncul di pikiran kamu? Pernah tidak berencana nantinya kamu akan kerja sebagai apa? Pernah tidak kamu berimajinasi tentang bagaimana rumah kamu nantinya? Pernah tidak kamu berpikir bagaimana hari tua kamu akan seperti apa? Kalau saya ditanya hal-hal tersebut, saya bisa menjabarkannya dengan penuh semangat. Di benak saya sudah tergambarkan berbagai cerita yang akan saya tulis di hidup saya. Sang pemimpi, mungkin cocok untuk jadi nama panggilan saya.
Ketika membicarakan tentang masa depan, pikiran saya langsung liar berkelana. Kalau diibaratkan kanvas putih yang masih bersih, kanvas itu langsung penuh dengan coretan cat warna-warni. Banyak hal yang menjadi impian saya. Tentang pekerjaan saya, tentang pergaulan saya, tentang pernikahan saya, tentang pendamping hidup saya, tentang rumah masa depan saya, semuanya! Senyum saya langsung terukir lebar kalau sudah membayangkan semuanya itu dan celoteh saya pasti sulit untuk dihentikan.
Tentang pekerjaan, saya bisa membayangkan kalau nanti saya akan bekerja di VOA atau The Jakarta Post. Saya bermimpi untuk menjadi reporter di VOA, meliput kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi di negeri Paman Sam tersebut untuk Indonesia. Saya berdiri depan kamera dengan mikrofon di tangan, dengan wajah riang melaporkan berbagai peristiwa yang sedang terjadi. Atau, bisa saja saya bekerja menjadi jurnalis di The Jakarta Post, duduk di balik meja mengetik artikel untuk dibaca banyak orang. Saya juga bisa berkeliaran di sekitar jakarta untuk mengumpulkan informasi yang saya butuhkan. Satu lagi yang terlupakan, untuk uang jajan tambahan, kemungkinan saya akan punya pekerjaan sambilan menjadi makeup artist pada waktu senggang. Busy busy busy... :)
Tentang Pernikahan, saya mengimpikan upacara pernikahan yang sederhana, yang hanya dihadiri oleh 100 orang. Keluarga inti, terdekat, sahabat, dan dua ekor anjing saya. Pernikahannya berlangsung di pinggir pantai atau di taman bunga yang didekor sesederhana mungkin namun cantik. Nuansa peach, pink, putih, dan emas pucat mewarnai tempat tersebut. Saya akan mengenakan gaun karya Biyan berwarna putih gading dan pendamping hidup saya mengenakan tuxedo berwarna hitam. Tradisional dan sederhana. Malamnya akan menjadi resepsi yang sederhana namun meriah. Saya akan mengenakan kebaya cantik karya Anne Avantie, berdanssa di dengan sang pendamping hidup di tengah-tengah ruangan dengan alunan musik yang membuai indre pendengaran. Sederhana, namun mewah. Terlalu muluk? Biar saja, namanya juga bermimpi.
Tentang rumah masa depan, ketika saya masih bekerja dan belum menikah, saya memimpikan tentang tinggak di apartemen sederhana dengan anjing kecil jenis Maltese dengan bulu warna putih atau coklat. Saya memiliki 2 kamar, satu untuk kamar tidur saya, yang satu lagi untuk walking closet saya. Itu impian saya sejak umur 11 tahun, percaya atau tidak. Ketika sudah menikah, saya akan pindah dengan si pendamping hidup ke rumah impian. Saya mengimpikan rumah yang sederhana, tipe rumah jaman dulu dengan pekarangan yang luas. Tahu kah saya punya impian untuk tinggal di mana? Bandung atau Bali. Atau bisa saja saya pindah ke luar negri karena si pendamping hidup berkebangsaan Amerika atau Inggris. Hehehe..
Oh, satu lagi. Saya sudah punya nama untuk anak pertama saya, baik perempuan atau laki-laki. Namanya Gabrielle Nabadia. Gabrielle adalah malaikat pembawa kabar sukacita dan Nabadia berasal dari bahasa batak yang berarti kudus atau suci. Nama yang indah bukan? :)
Kalau bicara tentang impian, saya bermimpi untuk hidup bagaikan di negri dongeng. Tapi satu yang saya harus ingat sekarang adalah, "I don't live in a fairy tale world" jadi saya harus bekerja sangat keras untuk bisa hidup di negri dongeng. Dan menulis adalah salah satu cara untuk tetap berhubungan dengan si negri dongeng, jadi saya juga harus tetap menulis dan menulis dan menulis... :)
And this wedding is just waaaaay too beautiful!
Ketika membicarakan tentang masa depan, pikiran saya langsung liar berkelana. Kalau diibaratkan kanvas putih yang masih bersih, kanvas itu langsung penuh dengan coretan cat warna-warni. Banyak hal yang menjadi impian saya. Tentang pekerjaan saya, tentang pergaulan saya, tentang pernikahan saya, tentang pendamping hidup saya, tentang rumah masa depan saya, semuanya! Senyum saya langsung terukir lebar kalau sudah membayangkan semuanya itu dan celoteh saya pasti sulit untuk dihentikan.
Tentang pekerjaan, saya bisa membayangkan kalau nanti saya akan bekerja di VOA atau The Jakarta Post. Saya bermimpi untuk menjadi reporter di VOA, meliput kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi di negeri Paman Sam tersebut untuk Indonesia. Saya berdiri depan kamera dengan mikrofon di tangan, dengan wajah riang melaporkan berbagai peristiwa yang sedang terjadi. Atau, bisa saja saya bekerja menjadi jurnalis di The Jakarta Post, duduk di balik meja mengetik artikel untuk dibaca banyak orang. Saya juga bisa berkeliaran di sekitar jakarta untuk mengumpulkan informasi yang saya butuhkan. Satu lagi yang terlupakan, untuk uang jajan tambahan, kemungkinan saya akan punya pekerjaan sambilan menjadi makeup artist pada waktu senggang. Busy busy busy... :)
Tentang Pernikahan, saya mengimpikan upacara pernikahan yang sederhana, yang hanya dihadiri oleh 100 orang. Keluarga inti, terdekat, sahabat, dan dua ekor anjing saya. Pernikahannya berlangsung di pinggir pantai atau di taman bunga yang didekor sesederhana mungkin namun cantik. Nuansa peach, pink, putih, dan emas pucat mewarnai tempat tersebut. Saya akan mengenakan gaun karya Biyan berwarna putih gading dan pendamping hidup saya mengenakan tuxedo berwarna hitam. Tradisional dan sederhana. Malamnya akan menjadi resepsi yang sederhana namun meriah. Saya akan mengenakan kebaya cantik karya Anne Avantie, berdanssa di dengan sang pendamping hidup di tengah-tengah ruangan dengan alunan musik yang membuai indre pendengaran. Sederhana, namun mewah. Terlalu muluk? Biar saja, namanya juga bermimpi.
Tentang rumah masa depan, ketika saya masih bekerja dan belum menikah, saya memimpikan tentang tinggak di apartemen sederhana dengan anjing kecil jenis Maltese dengan bulu warna putih atau coklat. Saya memiliki 2 kamar, satu untuk kamar tidur saya, yang satu lagi untuk walking closet saya. Itu impian saya sejak umur 11 tahun, percaya atau tidak. Ketika sudah menikah, saya akan pindah dengan si pendamping hidup ke rumah impian. Saya mengimpikan rumah yang sederhana, tipe rumah jaman dulu dengan pekarangan yang luas. Tahu kah saya punya impian untuk tinggal di mana? Bandung atau Bali. Atau bisa saja saya pindah ke luar negri karena si pendamping hidup berkebangsaan Amerika atau Inggris. Hehehe..
Oh, satu lagi. Saya sudah punya nama untuk anak pertama saya, baik perempuan atau laki-laki. Namanya Gabrielle Nabadia. Gabrielle adalah malaikat pembawa kabar sukacita dan Nabadia berasal dari bahasa batak yang berarti kudus atau suci. Nama yang indah bukan? :)
Kalau bicara tentang impian, saya bermimpi untuk hidup bagaikan di negri dongeng. Tapi satu yang saya harus ingat sekarang adalah, "I don't live in a fairy tale world" jadi saya harus bekerja sangat keras untuk bisa hidup di negri dongeng. Dan menulis adalah salah satu cara untuk tetap berhubungan dengan si negri dongeng, jadi saya juga harus tetap menulis dan menulis dan menulis... :)
And this wedding is just waaaaay too beautiful!
Comments