Pernah gak sih kalian menyesal setelah memilih baju di toko lalu ternyata setelah dibeli, bajunya gak sebagus bayangan kita? Rasanya gimana? Kesel sih udah pasti. Dalam hati pasti bilang, "Tau gitu tadi gak usah beli! Sayang banget duit gue tadi.." Lalu bajunya dikemanakan? Masih mending kalau bisa ditukar (yang kebanyakan gak mungkin), tapi kalau gak bisa dan harus disimpan? Ya sudah lah, telan saja kenyataannya kalau kamu mengalami sesuatu yang tidak kamu inginkan.
Kesalahan, kegagalan, apa pun itu bentuknya, pasti menimbulkan perasaan sedih kesal dan kecewa. Gak mungkin kita serta-merta mengucap syukur, namanya juga manusia pasti mengeluh dulu. Tapi coba kita lihat dari sisi yang berbeda. Dari awal segala keputusan yang telah kita ambil itu (seharusnya) bukan atas dorongan orang lain atau disuruh orang lain, tapi karena memang kita yang memilih untuk memutuskan. Dan ketika pilihan kita keliru, tanggung jawab seluruhnya ada di kita karena kita yang memilih opsi tersebut. Menyesal boleh, tapi kalo berkelanjutan bisa menimbulkan perasaan bersalah dalam diri sendiri. Lalu rasa bersalah itu menumpuk, jadilah si trauma. mungkin kalau trauma itu sudh jauh ceritanya, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Gagal, lalu menyesal sejenak, lalu sedih sebentar. Setelah itu, lanjutkan hidup kamu sambil bilang dalam hati, "Tuhan begitu sayang sama saya, maka Dia memberikan pelajaran yang begitu berharga dalam hidup saya. Sehingga ke depannya, tidak akan terjadi kesalahan yang sama."
Begitu juga dengan suatu hubungan, ketika gagal, jangan mengutuknya. Karena ketika dulu kalian menjalaninya, pasti bukan hanya masa kelam kan yang kalian alami? Ingat masa indahnya, syukuri. Dengan begitu, kegagalan tidak terasa seburuk yang kamu bayangkan. :)
-gabriella
Kesalahan, kegagalan, apa pun itu bentuknya, pasti menimbulkan perasaan sedih kesal dan kecewa. Gak mungkin kita serta-merta mengucap syukur, namanya juga manusia pasti mengeluh dulu. Tapi coba kita lihat dari sisi yang berbeda. Dari awal segala keputusan yang telah kita ambil itu (seharusnya) bukan atas dorongan orang lain atau disuruh orang lain, tapi karena memang kita yang memilih untuk memutuskan. Dan ketika pilihan kita keliru, tanggung jawab seluruhnya ada di kita karena kita yang memilih opsi tersebut. Menyesal boleh, tapi kalo berkelanjutan bisa menimbulkan perasaan bersalah dalam diri sendiri. Lalu rasa bersalah itu menumpuk, jadilah si trauma. mungkin kalau trauma itu sudh jauh ceritanya, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Gagal, lalu menyesal sejenak, lalu sedih sebentar. Setelah itu, lanjutkan hidup kamu sambil bilang dalam hati, "Tuhan begitu sayang sama saya, maka Dia memberikan pelajaran yang begitu berharga dalam hidup saya. Sehingga ke depannya, tidak akan terjadi kesalahan yang sama."
Begitu juga dengan suatu hubungan, ketika gagal, jangan mengutuknya. Karena ketika dulu kalian menjalaninya, pasti bukan hanya masa kelam kan yang kalian alami? Ingat masa indahnya, syukuri. Dengan begitu, kegagalan tidak terasa seburuk yang kamu bayangkan. :)
-gabriella
Comments