Skip to main content

Lanjutkan saja. Maka tidak terasa begitu buruk.

Pernah gak sih kalian menyesal setelah memilih baju di toko lalu ternyata setelah dibeli, bajunya gak sebagus bayangan kita? Rasanya gimana? Kesel sih udah pasti. Dalam hati pasti bilang, "Tau gitu tadi gak usah beli! Sayang banget duit gue tadi.." Lalu bajunya dikemanakan? Masih mending kalau bisa ditukar (yang kebanyakan gak mungkin), tapi kalau gak bisa dan harus disimpan? Ya sudah lah, telan saja kenyataannya kalau kamu mengalami sesuatu yang tidak kamu inginkan.

Kesalahan, kegagalan, apa pun itu bentuknya, pasti menimbulkan perasaan sedih kesal dan kecewa. Gak mungkin kita serta-merta mengucap syukur, namanya juga manusia pasti mengeluh dulu. Tapi coba kita lihat dari sisi yang berbeda. Dari awal segala keputusan yang telah kita ambil itu (seharusnya) bukan atas dorongan orang lain atau disuruh orang lain, tapi karena memang kita yang memilih untuk memutuskan. Dan ketika pilihan kita keliru, tanggung jawab seluruhnya ada di kita karena kita yang memilih opsi tersebut. Menyesal boleh, tapi kalo berkelanjutan bisa menimbulkan perasaan bersalah dalam diri sendiri. Lalu rasa bersalah itu menumpuk, jadilah si trauma. mungkin kalau trauma itu sudh jauh ceritanya, tapi bukan berarti tidak mungkin.

Gagal, lalu menyesal sejenak, lalu sedih sebentar. Setelah itu, lanjutkan hidup kamu sambil bilang dalam hati, "Tuhan begitu sayang sama saya, maka Dia memberikan pelajaran yang begitu berharga dalam hidup saya. Sehingga ke depannya, tidak akan terjadi kesalahan yang sama."
Begitu juga dengan suatu hubungan, ketika gagal, jangan mengutuknya. Karena ketika dulu kalian menjalaninya, pasti bukan hanya masa kelam kan yang kalian alami? Ingat masa indahnya, syukuri. Dengan begitu, kegagalan tidak terasa seburuk yang kamu bayangkan. :)

-gabriella

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

my taurus-mate, Mellysa Anastasya Legi.

Saya gak tau gimana ceritanya kami berdua bisa begitu mirip secara kelakuan dan cara berpikirnya. Saya gak ngerti kenapa teman saya ini walau cantik luar biasa tapi kelakuannya sama aja cacatnya sama saya. Saya gak ngerti. Tapi yang saya ngerti, kami sama-sama MUREEEEE... :D

Belajar Mengucap Syukur Lebih Lagi

Selamat tahun baru! Woooh, tahun 2020 ini diawali dengan hal yang mencengangkan banyak orang sepertinya. Banjir yang merata hampir di semua wilayah Jabodetabek (termasuk rumahku di Bintaro tercinta) bikin banyak orang mikir, YA KOK BISA? Bahkan wilayah yang puluhan tahun enggak pernah banjir pun tidak luput merasakan rumahnya tergenang. Walau saya orangnya tidak sepositif ibu saya, beliau kerap berucap, "Puji Tuhan awal tahun dikasih icip hujan berkat sebanyak ini. Tetap ucap syukur." Kadang ketaatan beliau bikin saya geleng-geleng kepala dan nggak habis pikir.  Rumah kemasukan air sampe tergenang dan barang banyak yang terendam, masih bisa ucap syukur. Dulu disakitin sama keluarga sendiri, masih aja ucap syukur. Diizinkan merasakan sakit apa pun itu, tetap ucap syukur. Bahkan kadang saya suka ngedumel dalam hati, ini orang lama-lama bisa masuk golongan toxic-positivity peeps.  Tapi sebelum saya makin terjerumus dalam lembah pergunjing...