Skip to main content

Posts

Mengenai Zona Nyaman

Ini namanya Mas Oren. Dia lagi tidur bareng boneka beruang kesayangan. Sebel. Sok imut. Terkadang melepaskan hal yang sudah lama menjadi suatu kebiasaan itu tidak mudah. Tidak mudah mengganti menu makanan menjadi serba plant based kalau selama hidup terbiasa makan protein hewani. Tidak mudah membiasakan diri untuk minum air mineral minimal 2 liter sehari kalau selama ini lebih suka mengonsumsi minuman berasa. Tapi walau tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. Ada seorang kenalan yang sempat menasihati saya, kalau zona nyaman itu merupakan zona paling berbahaya. Kok bisa? Kan, enak bisa ada di zona yang familiar, yang membuat kita merasa di rumah. Iya, memang enak, namun kadang sangking enaknya, kita lupa kalau masih banyak hal yang belum kita coba, yang bisa membuat kita berkembang.  Keluar dari zona nyaman awalnya akan membuat kita merasa aneh, setidaknya itu yang saya rasakan. Dan karena bukan sesuatu yang mudah, pastinya kita dituntut untuk mengeluarkan effort lebih,
Recent posts

Belajar Mengucap Syukur Lebih Lagi

Selamat tahun baru! Woooh, tahun 2020 ini diawali dengan hal yang mencengangkan banyak orang sepertinya. Banjir yang merata hampir di semua wilayah Jabodetabek (termasuk rumahku di Bintaro tercinta) bikin banyak orang mikir, YA KOK BISA? Bahkan wilayah yang puluhan tahun enggak pernah banjir pun tidak luput merasakan rumahnya tergenang. Walau saya orangnya tidak sepositif ibu saya, beliau kerap berucap, "Puji Tuhan awal tahun dikasih icip hujan berkat sebanyak ini. Tetap ucap syukur." Kadang ketaatan beliau bikin saya geleng-geleng kepala dan nggak habis pikir.  Rumah kemasukan air sampe tergenang dan barang banyak yang terendam, masih bisa ucap syukur. Dulu disakitin sama keluarga sendiri, masih aja ucap syukur. Diizinkan merasakan sakit apa pun itu, tetap ucap syukur. Bahkan kadang saya suka ngedumel dalam hati, ini orang lama-lama bisa masuk golongan toxic-positivity peeps.  Tapi sebelum saya makin terjerumus dalam lembah pergunjing

Berdamai dengan Diri Sendiri

Ketika mendengar kata 'berdamai dengan diri sendiri',  apa yang langsung ada di benak kamu? Kamu berjabat tangan dengan dirimu sendiri? Atau kamu mencurahkan semua keluh kesahmu, trauma,  dan penyesalan di masa lalu? Sebenarnya untuk setiap orang, pasti ada caranya untuk melakukan aksi perdamaian ini. Saya pun selalu berusaha untuk melakukan hal tersebut, tapi kalau boleh jujur, berdamai dengan diri sendiri itu sulit sekali untuk dilakukan.  Berbeda dengan berdamai dengan orang lain, kamu saling memaafkan dengan tulus, lalu selesai. Tapi lain halnya kalau kita memiliki masalah dengan diri sendiri.  Kalau dalam kasus saya, saya pernah benci sekali dengan bentuk tubuh saya yang gemuk, tidak sesuai dengan standar kecantikan masyarakat. Tapi alih-alih menjaga pola makan menjadi lebih sehat, saya berontak. I ate everything I wanted. Minum boba seminggu 2-3 kali, habis makan siang cari yang camilan manis, carbo intake -nya sembarangan banget, dan nggak ola

Mata Kuliah 40 SKS

Berdamai dengan diri sendiri itu tidak pernah menjadi perkara yang mudah. Di sisi yang satu, kita merasa sudah memaafkan masa lalu. Namun, di sisi lain, tak jarang rasa sesal dan marah mengetuk ingin masuk lagi. Sekadar menyapa, tapi membekas. Berdamai dengan diri sendiri mungkin memiliki beban SKS 40. Kalau kuliah, sudah dapat gelar magister. Tapi tak semudah sidang tesis lalu lulus dan jadi the most valuable bachelor. Berdamai dengan orang lain jauh lebih mudah, jabat tangan dan selesai. Dengan diri sendiri? Mau jabat tangan dengan siapa? Alih-alih jabat tangan, kita kerap menyerukan tudingan pada diri sendiri, "coba kalau dulu saya tidak melakukan hal itu." Menerima kekalahan di masa lampau bisa jadi salah satu cara. Menerima dan mulai melangkah. Jangan tengok-tengok lagi! Nanti kamu jadi tiang garam. Maju dan maju terus, sampai ketika kamu menanyakan kabarnya, tak ada lagi rasa tersayat di dada, tapi sekadar ingin tahu sebagai teman lama.

#30DaysWritingChallenge: 5 Ways to Win My Heart

Hari keenam dalam memenuhi tantangan menulis dalam 30 hari. Kali ini temanya agak narsis dan agak geli sendiri mau nulisnya. Tapi ya sudah, mari kita kemon. Memenangkan hati seseorang itu memang susah-susah-gampang, sih. Apalagi kalau orangnya banyak mau kayak saya. Tapi sebenarnya saya mah orangnya mudah bahagia dan mudah naksir pula. (EH!) Pada dasarnya saya selalu jatuh cinta dengan orang yang cerdas dan pengetahuannya luas. Kayaknya bisa diajak ngobrol apa saja sampai mata terlelap. Atau, biasanya mudah luluh dengan orang yang mellow, bisa diajak berkhayal atau diajak mempertanyakan sesuatu yang mungkin tidak penting bagi orang banyak, tapi kalau dibahas bisa panjang. Misal: Kenapa Indomie abang-abang warung lebih enak daripada buatan sendiri? Nah, selain itu, ada sih 5 hal lain yang bikin saya luluh. Monggo dibaca kalau merasa ini penting untuk diketahuin. :") 1. Bercandaannya nyambung Buat saya, bercandaan yang nyambung itu sama pentingnya dengan obrolan ya

#30DaysWritingChallenge: 5 Tempat yang Ingin Saya Kunjungi Selama Masih Hidup

Hari kelima dalam memenuhi tantangan menulis dalam 30 hari. Mari lanjutkan tantangan menulis ini walau sering terlambat. Fu-fu-fu. Tema kali ini adalah "5 places that you want to visit". Another tricky and quite difficult topic. Kenapa? Karena sebenarnya banyak banget tempat yang ingin saya kunjungi, namun keluar rumah saja malas. Tapi ada beberapa tempat yang sudah jadi impian saya dari kecil (atau dari remaja) untuk dikunjungi. 1. Shibuya Apa yang bikin saya pengin banget ke Shibuya? Boleh dibilang karena saya suka banget baca manga. Dari SD saya sudah hobi baca komik serial misteri dan serial cantik keluarin PT Elex Media Komputindo, mulai dari Pengantin Demos, Silent House, Mari-chan, Swan, dan masih banyak lagi. Nah, waktu SMP, saya akhirnya baca satu manga yang berjudul Gals. Ceritanya simple, tentang kehidupan cewek-cewek ganguro yang suka nongkrong di Shibuya. Sejak itu, saya pengin banget menginjakan kaki di area paling ramai di Tokyo. Sem

#30DaysWritingChallenge: Orang Paling Menginspirasi di 2018

Hari keempat dalam tantangan menulis selama 30 hari. Bahik. Mulai bolong-bolong. Tapi jujur, topik ini lumayan sulit untuk ditulis, karena saya harus menulis tentang " someone who inspires you ". Harusnya saya tulis satu saja, tapi kan saya suka nyusahin diri sendiri, ya, jadi saya tulis saja 2 orang yang selama 2018 lalu menginspirasi diri saya. Sebelumnya,  SELAMAT TAHUN BARU! Gimana acara tahun baru kalian? Saya sih seperti layaknya keluarga Batak lainnya, ada ibadah ucapan syukur dan tutup tahun. Mandokhata tahun ini cukup singkat, karena si ompung hanya berpesan, "Damai-damailah kalian semua" yang sebenarnya walau singkat, pesan ini sangat mengena. Balik lagi ke topik awal dan mau cerita sedikit dulu mengapa topik ini susah untuk saya tulis. Alasan paling dasar adalah... TERLALU BANYAK YANG MENGINSPIRASI SAYA. Seriusan, deh, Audrey yang kamu temui sekarang mungkin berbeda dengan Audrey yang kamu temui 5 atau 6 tahun yang lalu. Kenapa? Karen