Skip to main content

Kamar Mandi



Jam 00.01.

Aku masih berdiri diam di dalam kamar mandi. Tak sehelai benang pun kuusahakan untuk membalut tubuh telanjang ini. Dingin. Kebetulan hujan baru saja reda dari mampirnya ia ke tanah sejak tadi sore. Walau begitu, tetap saja kubiarkan tubuhku meresapi semua kesejukan yang jarang dirasakannya. Tadinya aku hendak membersihkan tubuhku, tapi seperti ada yang menahan inginku.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikan abu

Sepenggal lirik dari lagu "Aku Ingin" yang dinyanyikan oleh AriReda mengalun pelan dari telepon selulerku yang memang sengaja kubawa ke dalam kamar mandi. Salah satu kebiasaanku, mendengarkan lagu ketika mandi. Mungkin karena aku tidak suka suasana kamar mandi yang sepi. Lalu kulihat layar telepon selulerku menyala. Ada pesan masuk. Oh, kamu.

"Sedang apa?" tanyamu.

"Berdiri saja di kamar mandi."

"Buat apa? Sudah malam, lekas istirahat."

"Sebentar lagi. Rasanya ingin mandi, tapi malas karena pasti dingin."

"Kenapa mandi jam segini? Sudah pasti dingin."

"Tubuhku kotor. Harus dibersihkan..."

"Ya sudah, lekas mandi. Semakin malam, akan semakin dingin."

Sejenak kuperhatikan saja isi pesanmu. Kalau aku mengaku bahwa pesan terakhirmu membuat senyumku mengembang, apakah itu akan membuat kamu melayang? Senyumku mengembang karena ternyata kalimat pendek yang terdiri dari sembilan kata itu bisa membuatku merasa lebih hangat.

Jangan bangga dulu, karena memang menjadi tugasmu untuk membuatku tersenyum. Tidak harus selalu dan sering, karena yang terlalu sering akan menjadi biasa. Setelah biasa, lalu jadi tak bermakna.

"Iya," jawabku singkat.

Kuletakkan kembali telepon seluler di atas tutup kloset, lalu aku melanjutkan diamku di kamar mandi ini sambil menunggu keinginan untuk memutar keran air. Sayang, keinginan itu lama sekali datangnya...

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni...

Telur Asin

Makan siang yang saya nikmati siang ini hanya sedikit nasi ditemani satu telur asin dan abon sapi. Sederhana bukan? Tapi ketika saya menikmatinya di kamar kostan saya yang hening, yang hanya ditemani suara TV, makanan itu menjadi nikmat sekali. Pastinya juga, makan siang saya akan dianggap mewah oleh orang-orang yang belum bisa menikmati makanan seperti saya. Yang masih harus berada di luar sana, bekerja demi mengenyangkan perut mereka atau keluarga mereka juga. Terima kasih, Tuhan. Kamu tahu apa yang saya perhatikan dari menu makan siang saya? Telur asinnya. Mungkin agak aneh kenapa telur asinnya menjadi fokus perhatian saya. Saya sudah menyimpan telur asin itu hampir 2 minggu di kulkas. Ketika tadi saya membelahnya menjadi dua, yang saya dapat adalah tekstur kuning telurnya tidak seperti biasanya. Teksturnya berubah, dari yang seharusnya utuh menjadi lebih lembek dan berminyak. Awalnya saya khawatir kalau-kalau telur asinnya sudah tidak bagus lagi, tapi ternyata rasanya tetap sama ...