Skip to main content

Sang Penari

source: pinterest.com
Saya belum bisa menari lagi setelah kehilangan dentingan musik darimu. Dentingan musikmu paling tepat untuk mengiringi segala jenis tarianku. Tubuhku dapat bergerak tanpa malu, tanpa ragu, tanpa takut bila diiringi oleh alunan nada darimu. Alunan nadamu membuatku tersenyum dengan senyum yang terbaik. Kadang alunanmu membuatku sedih, namun tak terhanyut. Justru membangunkan aku dari segala mimpi dan menyadarkanku agar bangun untuk kesekian kali dari kejatuhan. Musikmu yang terbaik, dapat membuatku menari seakan tidak ada yang melihat, tidak ada yang menonton tarianku. Alunan musikmu lembut, aku terbuai setiap aku mendengarnya, dan sekejap saja kakiku sudah menyambahi lantai untuk menciptakan gerakan baru.

Banyak pemusik lain yang mencoba menggantikan alunan musikmu. Mereka menawarkan musik yang beragam, yang mereka bilang akan menjadikan aku penari terbaik. Menjadikan aku penari yang lebih baik dari yang dulu. Namun ketika menjalani latihan, mereka berbohong. Alunan musiknya tidak sebaik kamu. Kakiku tidak dapat menyatu bergerak dengan lantai, tidak dapat bergerak sebebas dan senikmat biasanya. Mungkinkah aku yang terlalu bodoh untuk mengharapkan kembalinya kamu, hai pemusik? Aku merindukan alunan musikmu. Aku merindukan dentingan nada-nada darimu. Aku rindu menari dengan bebas, menari dari hati.

Kalau sekarang aku terlihat menari dengan ceria di antara dedaunan bersama roh-roh hutan lainnya, bukan berarti itu tarianku. Itu tarian yang aku ciptakan untuk penonton, bukan untuk diriku sendiri. Bukan pula karena aku ingin menari. Mereka menuntutku, menuntutku menari dengan baik. Bagaimana cara aku dapat menari dengan baik sedangkan pemusikku saja tidak mau memainkan alunan nadanya untukku? Kalian tahu bagaimana sulitnya menari untuk orang lain? Betapa tersiksanya menari karena paksaan? Seakan ingin berkata, "Potong saja kakiku. Lebih baik aku tidak menari lagi."

Hai pemusik, aku minta ketika kamu berencana untuk memainkan musik lagi untukku, jangan ragu. Aku rindu menari bersamamu. Menguasai panggung dengan keharmonisan antara simfoni dengan gesekan kaki di lantai kayu. Merasa superior ketika dapat menciptakan sebuah tarian baru. Sehingga pada akhirnya kita dapat menciptakan legenda baru yang tidak dimiliki orang lain. Terima kasih, pemusikku.

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni...

Pengalaman Medical Check Up di Rumah Sakit Jakarta

Sumber: http://www.yayasanrsjakarta.org Detik-detik menuju umur 30 tahun. Inhale. Exhale. *dramak* Sebenarnya nggak detik-detik juga, sih. Masih hitungan bulan dan bukan termasuk orang yang takut untuk memasuki umur baru, kecuali ketika saya memasuki umur 27 tahun. Sila baca cerita absurd nan yahudnya di sini . Sulit dipercaya, namun saya adalah orang yang santai dan tidak takut beranjak tua, tidak takut keriput, dan tidak takut dengan kematian. Cause one day, we'll die anyway.  Walau rutinitas skincare saya termasuk banyak dan lumayan rajin menunaikan ibadah 7 steps, tapi itu bukan untuk menghalau datangnya keriput di usia senja (ya kali nggak keriputan...). Lebih untuk menjaga kondisi kulit di usia sekarang biar tak kusan. Ya, syukur-syukur kalau nanti pas tua nggak jadi kelihatan kuyu. Tetap glowing adalah tujuan heyduuup. Namun, bukan berarti saya termasuk yang nggak peduli dengan kesehatan, apalagi saya sadar kalau semakin tua umur kita, akan semakin mudah kita ...