source: pinterest.com |
Banyak pemusik lain yang mencoba menggantikan alunan musikmu. Mereka menawarkan musik yang beragam, yang mereka bilang akan menjadikan aku penari terbaik. Menjadikan aku penari yang lebih baik dari yang dulu. Namun ketika menjalani latihan, mereka berbohong. Alunan musiknya tidak sebaik kamu. Kakiku tidak dapat menyatu bergerak dengan lantai, tidak dapat bergerak sebebas dan senikmat biasanya. Mungkinkah aku yang terlalu bodoh untuk mengharapkan kembalinya kamu, hai pemusik? Aku merindukan alunan musikmu. Aku merindukan dentingan nada-nada darimu. Aku rindu menari dengan bebas, menari dari hati.
Kalau sekarang aku terlihat menari dengan ceria di antara dedaunan bersama roh-roh hutan lainnya, bukan berarti itu tarianku. Itu tarian yang aku ciptakan untuk penonton, bukan untuk diriku sendiri. Bukan pula karena aku ingin menari. Mereka menuntutku, menuntutku menari dengan baik. Bagaimana cara aku dapat menari dengan baik sedangkan pemusikku saja tidak mau memainkan alunan nadanya untukku? Kalian tahu bagaimana sulitnya menari untuk orang lain? Betapa tersiksanya menari karena paksaan? Seakan ingin berkata, "Potong saja kakiku. Lebih baik aku tidak menari lagi."
Hai pemusik, aku minta ketika kamu berencana untuk memainkan musik lagi untukku, jangan ragu. Aku rindu menari bersamamu. Menguasai panggung dengan keharmonisan antara simfoni dengan gesekan kaki di lantai kayu. Merasa superior ketika dapat menciptakan sebuah tarian baru. Sehingga pada akhirnya kita dapat menciptakan legenda baru yang tidak dimiliki orang lain. Terima kasih, pemusikku.
Comments