kamu selalu berhasil membuat saya tersenyum kalau saya sedang berusaha untuk marah. ceritanya saya ingin memberi kamu sebuah pelajaran. saya ingin sekali menumpahkan segala kekesalan saya sama kamu. tapi lagi-lagi saya kalah dengan kejenakaan kamu. saya kalah dengan segala godaan-godaan kamu. saya kalah dengan kekonyolan kamu. ketika saya berusaha untuk marah diam dan merajuk, kamu datang dengan segala kebisaan kamu dan berhasil membuat saya lupa karena apa saya marah dan merajuk. hilang, bagai debu yang ditiup-tiup dari dasar kursi tua.
saya takut, hanya saya yang sebenarnya menganggap ada yang salah. saya takut, cuma saya yang merasa. saya takut, semua ini akan berakhir sia-sia, tidak menjadi berkat seperti yang sudah pernah kita doakan.
rasanya manis, ketika kamu berusaha untuk menggapai saya seperti di awal-awal. orang bilang menjalin cinta bukan hal yang mudah dan mereka benar. saya salah, saya kira semua akan seperti di awal. bahagia, hanya kita. bukan berarti saya tidak bahagia, tapi cara pandang bahagia itu berubah dan saya masih menyesuaikan diri.
rasanya asam, ketika saya merasakan ketidak-acuhan kamu yang sering kali muncul. sering bertanya, kemana sosok yang dulu memperkenalkan dirinya sama saya? dia...menghilang ya? saya rindu dengannya. bukan berarti saya tidak rindu kamu, saya rindu setiap saat. asal kamu tahu, rasanya seperti ingin menangis ketika harus menahan diri untuk tahu segalanya tentang kamu.
rasanya asin, ketika air mata yang jatuh menjadi lebih sering terjadi. ini ya yang dibilang orang bumbu-bumbu cinta? tangis, marah, tawa, semua tercampur. tapi, air mata yang ini rasanya kenapa sakit sekali. dada saya sesak, sulit untuk bernafas. isakan di bawah bantal menjadi rutinitas yang bukan menjadi kegiatan kesukaan saya.
rasanya pahit, ketika saya sudah terlalu lelah untuk mereka-reka perasaan kamu. lelah untuk menahan segala emosi yang berkecamuk di dada. lelah menjadi orang berpengertian, bukan yang egois. eh, saya rindu menjadi egois kadnag-kadang. lelah memikirkan apa yang sedang kamu pikirkan. apa kamu sudah makan? apa kamu sehat, fisik maupun non-fisik? apakah saya menjadi batasan dalam kamu melakukan kegiatan-kegiatan kamu? apakah saya sudah cukup menjaga jarak? apakah saya sudah bisa mendekat? saya takut salah langkah.. tapi saya paling takut akan satu hal.
saya takut akan RASA TAWAR. ketika segalanya menjadi tidak bernilai, tidak peduli itu benar atau salah. semuanya terlihat sama. saya takut. saya manusia, bukan robot atau mahluk virtual.
saya takut, hanya saya yang sebenarnya menganggap ada yang salah. saya takut, cuma saya yang merasa. saya takut, semua ini akan berakhir sia-sia, tidak menjadi berkat seperti yang sudah pernah kita doakan.
rasanya manis, ketika kamu berusaha untuk menggapai saya seperti di awal-awal. orang bilang menjalin cinta bukan hal yang mudah dan mereka benar. saya salah, saya kira semua akan seperti di awal. bahagia, hanya kita. bukan berarti saya tidak bahagia, tapi cara pandang bahagia itu berubah dan saya masih menyesuaikan diri.
rasanya asam, ketika saya merasakan ketidak-acuhan kamu yang sering kali muncul. sering bertanya, kemana sosok yang dulu memperkenalkan dirinya sama saya? dia...menghilang ya? saya rindu dengannya. bukan berarti saya tidak rindu kamu, saya rindu setiap saat. asal kamu tahu, rasanya seperti ingin menangis ketika harus menahan diri untuk tahu segalanya tentang kamu.
rasanya asin, ketika air mata yang jatuh menjadi lebih sering terjadi. ini ya yang dibilang orang bumbu-bumbu cinta? tangis, marah, tawa, semua tercampur. tapi, air mata yang ini rasanya kenapa sakit sekali. dada saya sesak, sulit untuk bernafas. isakan di bawah bantal menjadi rutinitas yang bukan menjadi kegiatan kesukaan saya.
rasanya pahit, ketika saya sudah terlalu lelah untuk mereka-reka perasaan kamu. lelah untuk menahan segala emosi yang berkecamuk di dada. lelah menjadi orang berpengertian, bukan yang egois. eh, saya rindu menjadi egois kadnag-kadang. lelah memikirkan apa yang sedang kamu pikirkan. apa kamu sudah makan? apa kamu sehat, fisik maupun non-fisik? apakah saya menjadi batasan dalam kamu melakukan kegiatan-kegiatan kamu? apakah saya sudah cukup menjaga jarak? apakah saya sudah bisa mendekat? saya takut salah langkah.. tapi saya paling takut akan satu hal.
saya takut akan RASA TAWAR. ketika segalanya menjadi tidak bernilai, tidak peduli itu benar atau salah. semuanya terlihat sama. saya takut. saya manusia, bukan robot atau mahluk virtual.
Comments