Skip to main content

menyerah atau berserah?




manusia, ketika sudah mulai putus asa, ia kadang menangis. ia juga bisa mengeluh. ia bisa melarikan diri dari tanggung jawab. ia seringkali mengutuk. ia terkadang merasa ingin mati.
manusia, ketika merasa tertekan, ia menyalahkan banyak pihak. menyalahkan tanggung jawab yang diberikan, menyalahkan si pemberi tanggung jawab, menyalahkan waktu yang terbatas, menyalahkan diri sendiri.
manusia, ketika dirinya sudah merasa sesak, ia mulai mencari-cari hal lain yang membuatnya merasa lega. ia mulai mencari bahan pelarian. ia mulai mencari sesuatu yang baru.

kadang manusia ketika sudah mulai putus asa, tertekan, dan merasa sesak, ia tidak sadar bahwa dirinya itu hebat. kehebatan yang ia miliki dilupakan, tersembunyi sejenak di balik segala ketakutan yang sebenarnya kalah kuat dengan dirinya sendiri. ketika si kehebatan dibiarkan tersembunyi terlalu lama, si kehebatan itu lambat laun menciut dan hilang. kehebatan digantikan oleh rasa takut tanpa alasan. takut salah, takut berbuat, takut berbuat salah. akibatnya, jadi tidak berbuat apa-apa untuk menghempas jauh rasa putus asa, tertekan, juga rasa sesak.

menyerah, kadang menjadi pilihan tercepat. buat apa usaha lagi? kata si putus asa. aku sudah tak sanggup lagi! kata si rasa sesak. beban ini terlalu berat...kata si tertekan. berbagai macam alasan dikeluarkan untuk terus jalan di tempat atau malah lari menjauh ke belakang. haaah.

tetapi ada juga yang disebut dengan berserah. berserah bertolak belakang dengan menyerah. ketika menyerah, manusia berhenti melakukan usaha dan masa bodoh dengan hasilnya. namun ketika manusia berserah, ia akan melakukan usaha sampai titik maksimal dan pada akhirnya menyerahkan usahanya dengan penuh harapan dan keyakinan apa pun hasilnya itulah yang terbaik. terdengar beda tipis, namun bertolak belakang.

kalau kamu, yang mana? :)

"Tidak ada yang mustahil apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Kasih hasil yang terbaik seturut dengan kemampuan. Tuhan berkati." -audrey gabriella

Comments

Popular posts from this blog

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni

Pengalaman Medical Check Up di Rumah Sakit Jakarta

Sumber: http://www.yayasanrsjakarta.org Detik-detik menuju umur 30 tahun. Inhale. Exhale. *dramak* Sebenarnya nggak detik-detik juga, sih. Masih hitungan bulan dan bukan termasuk orang yang takut untuk memasuki umur baru, kecuali ketika saya memasuki umur 27 tahun. Sila baca cerita absurd nan yahudnya di sini . Sulit dipercaya, namun saya adalah orang yang santai dan tidak takut beranjak tua, tidak takut keriput, dan tidak takut dengan kematian. Cause one day, we'll die anyway.  Walau rutinitas skincare saya termasuk banyak dan lumayan rajin menunaikan ibadah 7 steps, tapi itu bukan untuk menghalau datangnya keriput di usia senja (ya kali nggak keriputan...). Lebih untuk menjaga kondisi kulit di usia sekarang biar tak kusan. Ya, syukur-syukur kalau nanti pas tua nggak jadi kelihatan kuyu. Tetap glowing adalah tujuan heyduuup. Namun, bukan berarti saya termasuk yang nggak peduli dengan kesehatan, apalagi saya sadar kalau semakin tua umur kita, akan semakin mudah kita diser

Movie Review: Delicacy (2011)

  Sutradara: David Foenkinos, Stephane Foenkinos Pemain: Audrey Tatou, Francois Damiens Genre: Romantic-comedy Udah sebulan terakhir ini pengin banget nonton film Perancis. Tapi karena enggak tahu film yang bagus apa, jadinya tertunda terus. Sampai tadi malam ketika lagi Saturdate sama temen kantor saya, Nana, kami memutuskan untuk pergi ke festival Europe on Screen 2014. Setelah memilih-milih film yang kira-kira bagus, akhirnya kami pilih film Delicacy yang diputar di Goethe Institute, Menteng. Awalnya milih film ini karena yang main Audrey Tatou dan lokasinya enggak jauh. Pas dibilang film ini ber- genre romantis, saya dan Nana agak takut jatuh bosan karena lagi malas nonton yang menye-menye bikin mewek. Tapi ternyata kami salah. Film ini....menyenangkan. Saya rasa semua orang yang juga menonton film ini akan setuju. Film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Nathalie yang baru saja menikah dengan kekasihnya dan lagi bahagia-bahagianya. Tapi terjadi musibah,  s