Berawal dari rasa ingin memiliki.
Seperti yang sudah pernah saya bilang, saya tipe orang yang cemburuan. Cih, sok banget memang. Saya bisa cepat ngambek kalau tahu orang yang saya sayang jalan sama perempuan lain (ya iya, lah. menurut lo aja.).Tapi enggak cuma sama teman perempuan saja, kadang saya cemburu kalau dia lagi main terlalu sering dengan teman-temannya. Rasanya pikiran saya berkata, "kok elo sama mereka terus sih? Sama gue-nya kapan?" Padahal kalau dipikir-pikir, waktu yang kami luangkan cukup banyak. Ditambah si orang ini (seperti yang pernah saya ceritakan juga) ramah banget sama perempuan. Banget. My jealousy evil meets its contender. Tapi ada yang saya ingin ceritakan dan sepertinya ini pelajaran buat saya.
Saya pernah ngobrol sama salah satu sahabat saya, Kenny. Kami membahas konsep pacaran dan memiliki. Kami berdua sama-sama sepakat tentang konsep pacaran itu aneh. Kok bisa ya seseorang punya keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan milik dia sepenuhnya? Tapi bukan berarti kami berdua belum pernah punya pacar, ya. We've been there. Dan setelah pacaran yang terakhir, saya makin sadar, sebenarnya pacaran itu ya....cuma status. Status kalau kamu lagi dekat dengan lawan jenis dan kamu enggak membuka hati untuk orang lain lagi masuk. Oh iya, selama pacaran kamu seperti punya kewajiban untuk memberi kabar, mengingatkan ini-itu, membagi pikiran kamu untuknya, dan lain sebagainya. Makanya kalau orang nanya, "kenapa lo enggak pacaran aja sih, drey?", sebenarnya saya bingung mau jawab apa. Di satu sisi, iya, saya ingin banget 'memiliki' dia dan melakukan semua kegiatan yang dulu pernah saya lakukan ketika pacaran, tapi di sisi lain saya takut. Saya takut berubah jadi Audrey yang lebih mengindahkan status daripada kebersamaan itu sendiri. Tapi kalau ditanya, "kamu mau pacaran?", pasti saya iya-kan. Enggak tahu, makin lama kok saya semakin labil. Malu sebenarnya sama umur.
Okay, balik lagi ke masalah cemburu. I get jealous easily. Tapi melihat teman saya yang cemburu dan benar-benar memperlihatkan hal tersebut di depan umum (baca: sosial media)..... sangat tidak menyenangkan. Ingin saya tanggapi dengan kalimat "plis deh kak, you don't even know him that well...", tapi nanti saya dikirimi santet. Enggak mau. Hidup saya udah cukup berwarna tanpa ditambah kecaman dari orang lain. Terus, saya juga sebenarnya sebal dengan istilah "cemburu itu tanda sayang". I mean, whaaat?! Saya sih enggak merasa kalau saya sayang sama orang ini ketika saya cemburu. Saya merasa jadi orang yang paling egois dan menyebalkan. Saya sadar kok kalau lagi jadi 'The Evil Audrey' dan untungnya, orang ini termasuk yang santai kalau saya bilang "aku gak suka, iya cemburu maksudnya.." Jadi saya bisa malu sendiri kalau lagi cemburu. Makanya akhir-akhir ini saya lagi diuji banget untuk enggak jadi cemburuan, karena ternyata melelahkan dan memalukan. It shows my insecurities and my fear of losing something. Padahal selama ini saya selalu memegang prinsip kalau sesuatu memang milik kita, pasti akan selalu kembali ke kita.
Oh iya, tadi saya ketemu quotes yang bagus dari Neruda (menurut lo kapan Neruda enggak bagus, nyet?). It's simple, yet soooo...touchy!
“I want
To do with you what spring does with the cherry trees.”
To do with you what spring does with the cherry trees.”
- Pablo Neruda, Twenty Love Poems and a Song of Despair
Love and kisses,
Gabriella.
p.s. Saya capek ditanya kapan punya pacar. Rasanya pengen bilang "enggak usah tanya kapan. lo punya yang pantes buat gue, gak?"
Comments