Skip to main content

Jealousy


Berawal dari rasa ingin memiliki.

Seperti yang sudah pernah saya bilang, saya tipe orang yang cemburuan. Cih, sok banget memang. Saya bisa cepat ngambek kalau tahu orang yang saya sayang jalan sama perempuan lain (ya iya, lah. menurut lo aja.).Tapi enggak cuma sama teman perempuan saja, kadang saya cemburu kalau dia lagi main terlalu sering dengan teman-temannya. Rasanya pikiran saya berkata, "kok elo sama mereka terus sih? Sama gue-nya kapan?" Padahal kalau dipikir-pikir, waktu yang kami luangkan cukup banyak. Ditambah si orang ini (seperti yang pernah saya ceritakan juga) ramah banget sama perempuan. Banget. My jealousy evil meets its contender. Tapi ada yang saya ingin ceritakan dan sepertinya ini pelajaran buat saya.

Saya pernah ngobrol sama salah satu sahabat saya, Kenny. Kami membahas konsep pacaran dan memiliki. Kami berdua sama-sama sepakat tentang konsep pacaran itu aneh. Kok bisa ya seseorang punya keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan milik dia sepenuhnya? Tapi bukan berarti kami berdua belum pernah punya pacar, ya. We've been there. Dan setelah pacaran yang terakhir, saya makin sadar, sebenarnya pacaran itu ya....cuma status. Status kalau kamu lagi dekat dengan lawan jenis dan kamu enggak membuka hati untuk orang lain lagi masuk. Oh iya, selama pacaran kamu seperti punya kewajiban untuk memberi kabar, mengingatkan ini-itu, membagi pikiran kamu untuknya, dan lain sebagainya. Makanya kalau orang nanya, "kenapa lo enggak pacaran aja sih, drey?", sebenarnya saya bingung mau jawab apa. Di satu sisi, iya, saya ingin banget 'memiliki' dia dan melakukan semua kegiatan yang dulu pernah saya lakukan ketika pacaran, tapi di sisi lain saya takut. Saya takut berubah jadi Audrey yang lebih mengindahkan status daripada kebersamaan itu sendiri. Tapi kalau ditanya, "kamu mau pacaran?", pasti saya iya-kan. Enggak tahu, makin lama kok saya semakin labil. Malu sebenarnya sama umur.

Okay, balik lagi ke masalah cemburu. I get jealous easily. Tapi melihat teman saya yang cemburu dan benar-benar memperlihatkan hal tersebut di depan umum (baca: sosial media)..... sangat tidak menyenangkan. Ingin saya tanggapi dengan kalimat "plis deh kak, you don't even know him that well...", tapi nanti saya dikirimi santet. Enggak mau. Hidup saya udah cukup berwarna tanpa ditambah kecaman dari orang lain. Terus, saya juga sebenarnya sebal dengan istilah "cemburu itu tanda sayang". I mean, whaaat?! Saya sih enggak merasa kalau saya sayang sama orang ini ketika saya cemburu. Saya merasa jadi orang yang paling egois dan menyebalkan. Saya sadar kok kalau lagi jadi 'The Evil Audrey' dan untungnya, orang ini termasuk yang santai kalau saya bilang "aku gak suka, iya cemburu maksudnya.." Jadi saya bisa malu sendiri kalau lagi cemburu. Makanya akhir-akhir ini saya lagi diuji banget untuk enggak jadi cemburuan, karena ternyata melelahkan dan memalukan. It shows my insecurities and my fear of losing something. Padahal selama ini saya selalu memegang prinsip kalau sesuatu memang milik kita, pasti akan selalu kembali ke kita.

Oh iya, tadi saya ketemu quotes yang bagus dari Neruda (menurut lo kapan Neruda enggak bagus, nyet?). It's simple, yet soooo...touchy! 

“I want
To do with you what spring does with the cherry trees.” 
- Pablo Neruda, Twenty Love Poems and a Song of Despair

Love and kisses,

Gabriella.

p.s. Saya capek ditanya kapan punya pacar. Rasanya pengen bilang "enggak usah tanya kapan. lo punya yang pantes buat gue, gak?"

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

Mencoba Perawatan Facial dan Massage di Umandaru Salon & Day Spa Bintaro

Mumpung lagi semangat-semangatnya nulis lagi, jadi sekalian aja deh bahas pengalaman saya facial dan massage di Umandaru Salon and Day Spa yang ada di Bintaro. Berawal dari rencana cuti sehari karena mau medical check up di pagi harinya (baca pengalaman medical check up di sini ), lalu diri ini punya ide, "Hmmm... sudah lama tidak me time. Apakah lanjut pampering diri yang sudah butek ini?" Akhirnya saya bagikan kegundahan ini di IG Story dan bertanya pada teman-teman super, enaknya ke mana kalau mau facial dan massage di area Bintaro. Ada beberapa rekomendasi yang masuk, seperti Platinum Wijaya, Anita Salon, dan salah satunya Umandaru Spa. Nah, kalau Platinum Wijaya dan Anita Salon, saya sudah sering dengar soal dua tempat facial/salon ini, tapi tidak untuk yang Umandaru Spa. I want something new. Asheeek. Akhirnya coba search di Instagram dan ternyata Umandaru Spa menawarkan cukup banyak pilihan perawatan, mulai dari facial, spa, massage, sampai creambath dan meni...

Pengalaman Medical Check Up di Rumah Sakit Jakarta

Sumber: http://www.yayasanrsjakarta.org Detik-detik menuju umur 30 tahun. Inhale. Exhale. *dramak* Sebenarnya nggak detik-detik juga, sih. Masih hitungan bulan dan bukan termasuk orang yang takut untuk memasuki umur baru, kecuali ketika saya memasuki umur 27 tahun. Sila baca cerita absurd nan yahudnya di sini . Sulit dipercaya, namun saya adalah orang yang santai dan tidak takut beranjak tua, tidak takut keriput, dan tidak takut dengan kematian. Cause one day, we'll die anyway.  Walau rutinitas skincare saya termasuk banyak dan lumayan rajin menunaikan ibadah 7 steps, tapi itu bukan untuk menghalau datangnya keriput di usia senja (ya kali nggak keriputan...). Lebih untuk menjaga kondisi kulit di usia sekarang biar tak kusan. Ya, syukur-syukur kalau nanti pas tua nggak jadi kelihatan kuyu. Tetap glowing adalah tujuan heyduuup. Namun, bukan berarti saya termasuk yang nggak peduli dengan kesehatan, apalagi saya sadar kalau semakin tua umur kita, akan semakin mudah kita ...