Ini bukan tentang saya ingin tahu tentang kamu. Ini bukan tentang saya menyelidiki apa yang kamu sedang lakukan atau gemari. Ini bukan tentang masa lalu. Saya sudah masa bodoh dengan semuanya itu, saya menanggalkan ego saya dan memulai sesuatu yang baru.
Ini bukan tentang, "Hei, aku benci dia, aku tidak mau tahu apa pun tentangnya!". Ini juga bukan tentang, "Hei, dia sudah tidak punya pengaruh apa-apa, jadi tidak masalah kalau saya tahu apa yang sedang ia lakukan!" Ini sekedar dulu saya terluka dan sekarang masa penyembuhannya. Ini sekedar proses menuju sehat.
Kata ibu saya, kalau ingin sembuh kita harus mau minum obat yang disuruh oleh dokter. Obat manis atau pahit, tidak peduli yang penting lekas sembuh. Kejam? Tidaaaak, ini hanya masalah kebiasaan. Telan saja pil pahitnya, lama-lama tidak akan pahit lagi.
Ini sekedar tentang saya yang telah siap akan celotehan pintar kamu lagi. Ya benar, saya mengagumi cara berpikir kamu (saya kan pernah bilang kamu itu orang hebat, kamu pintar, kamu salah satu inspirasi saya dan saya kagum). Waktu itu saya lelah karena saya belum sadar bahwa melihat celotehan kamu dengannya adalah berkat Tuhan buat saya. Dia mau saya jadi perempuan yang tahan banting. Dia mau saya kembali fokus dan sadar bahwa yang memberi saya kebahagian bukan manusia, tetapi Dia yang menciptakan saya. Iya, dulu saya sempat lupa, pikiran saya sempat berkabut dan mendua. Saya lupa kalau saya harus mencintau Tuhan melebihi apa pun.
Saat ini, Ia kembali menampar saya, menyadarkan bahwa saya bukan satu-satunya yang menderita di dunia ini (sekali lagi). Jadi, kali ini saya memutuskan untuk peduli atau tidak, tetap hidup dengan segala celotehan kamu sendiri atau dengan siapa pun itu. Mencoba hidup beriringan, tapi bukan berarti menyatu. Mencoba untuk menghadapi, bukan menghindari. Sesederhana itu...
Apakah ini tentang pembelaan? Terserah.
Ini bukan tentang, "Hei, aku benci dia, aku tidak mau tahu apa pun tentangnya!". Ini juga bukan tentang, "Hei, dia sudah tidak punya pengaruh apa-apa, jadi tidak masalah kalau saya tahu apa yang sedang ia lakukan!" Ini sekedar dulu saya terluka dan sekarang masa penyembuhannya. Ini sekedar proses menuju sehat.
Kata ibu saya, kalau ingin sembuh kita harus mau minum obat yang disuruh oleh dokter. Obat manis atau pahit, tidak peduli yang penting lekas sembuh. Kejam? Tidaaaak, ini hanya masalah kebiasaan. Telan saja pil pahitnya, lama-lama tidak akan pahit lagi.
Ini sekedar tentang saya yang telah siap akan celotehan pintar kamu lagi. Ya benar, saya mengagumi cara berpikir kamu (saya kan pernah bilang kamu itu orang hebat, kamu pintar, kamu salah satu inspirasi saya dan saya kagum). Waktu itu saya lelah karena saya belum sadar bahwa melihat celotehan kamu dengannya adalah berkat Tuhan buat saya. Dia mau saya jadi perempuan yang tahan banting. Dia mau saya kembali fokus dan sadar bahwa yang memberi saya kebahagian bukan manusia, tetapi Dia yang menciptakan saya. Iya, dulu saya sempat lupa, pikiran saya sempat berkabut dan mendua. Saya lupa kalau saya harus mencintau Tuhan melebihi apa pun.
Saat ini, Ia kembali menampar saya, menyadarkan bahwa saya bukan satu-satunya yang menderita di dunia ini (sekali lagi). Jadi, kali ini saya memutuskan untuk peduli atau tidak, tetap hidup dengan segala celotehan kamu sendiri atau dengan siapa pun itu. Mencoba hidup beriringan, tapi bukan berarti menyatu. Mencoba untuk menghadapi, bukan menghindari. Sesederhana itu...
Apakah ini tentang pembelaan? Terserah.
Comments