Skip to main content

Movie Review: Delicacy (2011)

Sutradara: David Foenkinos, Stephane Foenkinos
Pemain: Audrey Tatou, Francois Damiens
Genre: Romantic-comedy

Udah sebulan terakhir ini pengin banget nonton film Perancis. Tapi karena enggak tahu film yang bagus apa, jadinya tertunda terus. Sampai tadi malam ketika lagi Saturdate sama temen kantor saya, Nana, kami memutuskan untuk pergi ke festival Europe on Screen 2014. Setelah memilih-milih film yang kira-kira bagus, akhirnya kami pilih film Delicacy yang diputar di Goethe Institute, Menteng. Awalnya milih film ini karena yang main Audrey Tatou dan lokasinya enggak jauh.

Pas dibilang film ini ber-genre romantis, saya dan Nana agak takut jatuh bosan karena lagi malas nonton yang menye-menye bikin mewek. Tapi ternyata kami salah. Film ini....menyenangkan. Saya rasa semua orang yang juga menonton film ini akan setuju.

Film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Nathalie yang baru saja menikah dengan kekasihnya dan lagi bahagia-bahagianya. Tapi terjadi musibah,  suaminya meninggal tiba-tiba karena kecelakan, tertabrak mobil ketika jogging pagi. Nathalie berduka begitu dalam dan ia menutup dirinya dari banyak orang, termasuk orangtuanya, karena membutuhkan waktu sendiri. Namun ia tidak bisa tertekan selamanya dan memutuskan untuk menjalani hidupnya. Setelah 3 tahun, Nathalie akhirnya memiliki karir yang bagus dan stabil, tapi hatinya tetap sendiri. Sampai suatu saat ia tanpa sadar mencium rekan kerjanya, Markus. Markus sendiri bukan laki-laki yang populer di kantornya. Bahkan bisa dibilang ia orang yang invisible, no one pays attention to him. Nathalie awalnya merasa ini hanya selingan dan kesalah pahaman. Namun apa daya, kebaikan dan hati Markus yang tulus, dan selera humor yang bagus, menggelitik hati Nathalie.

Yang saya paling suka dari film ini adalah dialognya yang bagus dan mengalir natural banget. Biasanya film romance comedy dialognya cenderung enteng, bahkan cheesy. But not this one, this one has tons of good dialogues. Salah satunya ketika Markus berusaha untuk enggak jatuh cinta sama Nathalie dan selalu memalingkan wajahnya kalau ada Nathalie.

"You cannot keep your neck that way. You'll get a neck ache!"
"It's better than get a heartache!"

Well, that one is gold! Kenapa saya bilang dialognya jenius? Karena kita bisa dengar dialog atau percakapan seperti itu  sehari-hari. Kalau kita termasuk orang yang suka dengan genre rom-com, this is a must seen movie. Yang membuat film ini terasa nyata adalah tokoh utama cowok yang enggak setampat artis Hollywood, yang memang biasanya kita temuka (lagi) di hari-hari biasa kita. Enggak selamanya pemeran laki-laki harus tampan untuk bikin si tokoh perempuannya jatuh cinta. Dia bisa saja cowok biasa, yang enggak pernah kepikiran bakal jadi tokoh utama, lalu...boom! He's the one. 


And overall, for me it's a 4 out of 5!

Comments

Popular posts from this blog

Kamu Kan Perempuan, Seharusnya Kamu....

Pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat seperti itu di depanmu? Saya, sih, sering. Mulai dikomentari dari segi penampilan dan keahlian, tapi juga dari pilihan musik dan masih banyak lagi. Banyak perempuan di luar sana yang mengeluh merasa didikte oleh laki-laki dengan kalimat ini, tapi entah mengapa saya merasa kalimat ini dilontarkan lebih banyak oleh sesama perempuan. Hal ini menjadi miris buat saya. Bukannya saling memberi dukungan, terkadang sesama perempuan justru saling menghakimi. Penghakiman itu biasanya dimulai dengan kalimat, "Kamu kan perempuan, seharusnya kamu..." 1. "...berpakaian rapi." Saya termasuk perempuan yang suka berpenampilan rapi, tapi kadang juga suka mengikuti mood. Jadi ketika saya ingin tampil rapi, saya bisa saja mengenakan rok span, blouse, serta clog shoes ke kantor. Namun kalau sedang ingin tampil kasual dan malas tampil rapi, saya biasanya memakai kaos, jeans, dan sneakers . Suatu hari saya pernah berpenampil...

my taurus-mate, Mellysa Anastasya Legi.

Saya gak tau gimana ceritanya kami berdua bisa begitu mirip secara kelakuan dan cara berpikirnya. Saya gak ngerti kenapa teman saya ini walau cantik luar biasa tapi kelakuannya sama aja cacatnya sama saya. Saya gak ngerti. Tapi yang saya ngerti, kami sama-sama MUREEEEE... :D

Belajar Mengucap Syukur Lebih Lagi

Selamat tahun baru! Woooh, tahun 2020 ini diawali dengan hal yang mencengangkan banyak orang sepertinya. Banjir yang merata hampir di semua wilayah Jabodetabek (termasuk rumahku di Bintaro tercinta) bikin banyak orang mikir, YA KOK BISA? Bahkan wilayah yang puluhan tahun enggak pernah banjir pun tidak luput merasakan rumahnya tergenang. Walau saya orangnya tidak sepositif ibu saya, beliau kerap berucap, "Puji Tuhan awal tahun dikasih icip hujan berkat sebanyak ini. Tetap ucap syukur." Kadang ketaatan beliau bikin saya geleng-geleng kepala dan nggak habis pikir.  Rumah kemasukan air sampe tergenang dan barang banyak yang terendam, masih bisa ucap syukur. Dulu disakitin sama keluarga sendiri, masih aja ucap syukur. Diizinkan merasakan sakit apa pun itu, tetap ucap syukur. Bahkan kadang saya suka ngedumel dalam hati, ini orang lama-lama bisa masuk golongan toxic-positivity peeps.  Tapi sebelum saya makin terjerumus dalam lembah pergunjing...